NATAL...siapa sih yang tidak tahu arti kata ini???
Bagi orang kristen merupakan peristiwa yang sangat dinanti-nantikan sebab NATAL adalah peristiwa dimana YESUS sang RAJA dan JURUSELAMAT telah lahir ke dalam dunia sebagai awal untuk DIA menebus manusia yang berdosa.
Tetapi pada era modenisasi, NATAL mulai kehilangan makna yang sebenarnya. ..
NATAL hanya sekedar dijadikan untuk acara-acara yang jauh dari kesan NATAL yang sebenarnya. NATAL hanya dipandang sebagai acara tukar kado, beli baju baru (pokoknya serba baru)...untuk foya-foya...makan-makan dll....Apa ini arti NATAL???
mari kita renungkan arti NATAL yang sebenarnya....disini saya akan bagikan kepada saudara tentang artikel yang diambil dari www.sabda.org).
Ketika Yesus dilahirkan di kota Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang
lalu, peristiwa itu hanya disaksikan oleh orang-orang awam saja.
Kelahiran Raja di atas segala raja yang sudah dinubuatkan beribu-ribu
tahun sebelumnya, bahkan difirmankan oleh TUHAN sendiri (Kejadian 3:15),
tidak digenapi dengan penuh kemegahan di hadapan raja-raja atau para
bangsawan lainnya. Sebaliknya, Ia lahir dibungkus dengan lampin dan
dibaringkan di dalam sebuah palungan karena pada saat itu tidak ada
kamar yang kosong di rumah-rumah penginapan untuk ibu-Nya, Maria, serta
Yusuf, suaminya (Lukas 2:7).
Kisah kelahiran-Nya yang tampak tak berarti dan sederhana itu terbukti
bertahan mengarungi waktu, ... selalu relevan bagi kehidupan umat
manusia sepanjang masa. Setiap tahun, berbagai generasi di seluruh dunia
mendengar, mengenang, dan memperingati kejadian bersejarah tersebut,
yang tetap berkuasa untuk mengubah hidup.
Selain mengirim ketiga orang majus, Tuhan hanya memakai orang-orang
biasa saja sebagai saksi-saksi kelahiran Anak-Nya yang tunggal. Alkitab
mengatakan bahwa gembala-gembala yang sedang menjaga kawanan ternak
mereka di padang dipilih oleh-Nya untuk menjadi saksi-saksi pertama
kelahiran Kristus. Bukan para ahli Taurat, orang-orang Farisi atau
orang-orang terpelajar lainnya! Malam hari itu mereka melihat dan
mendengar pujian yang dinyanyikan oleh sejumlah besar bala tentara
sorga: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai
sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas
2:14).
Padahal pada abad yang pertama, status para penggembala domba di Israel
tergolong amat rendah. Kesaksian-kesaksian mereka tidak bisa diterima
oleh orang-orang Yahudi dalam sistem pengadilan mereka. Kendatipun
demikian, Tuhan menjadikan mereka saksi-saksi yang sah untuk
memberitakan kedatangan-Nya di dunia. Injil Lukas mencatat: "Dan semua
orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala
itu kepada mereka" (Lukas 2:18).
Sampai saat ini Tuhan masih tetap memilih orang-orang biasa sebagai
saksi-saksi-Nya untuk memberitakan kabar gembira mengenai kelahiran Sang
Raja Damai lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Kita tidak perlu
bertanya-tanya: "Apakah Tuhan mau memakai saya yang tidak memunyai
kepandaian apa-apa?"
Jika Allah Bapa di surga bersedia memakai para gembala di padang, yang
dipandang rendah oleh masyarakat Yahudi pada zaman itu untuk menjadi
saksi-saksi-Nya yang mutlak, tentu Ia juga berkenan menggunakan umat
"sederhana" seperti kita. Yang dituntut hanya sikap hati yang taat, yang
mau menceriterakan peristiwa itu kepada orang lain seperti apa adanya,
seperti yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan. Tanpa menambahkan
embel-embel lain yang sudah dilumrahkan oleh umum, yang tampaknya sudah
berhasil membajak kebenaran isi Alkitab mengenai hari bersejarah
tersebut.
Yesuslah inti perayaan hari Natal yang
diadakan setiap tahun di seluruh dunia. Dialah penyebab hari itu
dirayakan sebagai suatu peringatan akan kedatangan Allah yang bersedia
merendahkan diri-Nya sendiri, menjelma menjadi seorang manusia, agar
kita, anak-anak manusia, bisa disebut sebagai anak-anak Allah (Galatia
3:26).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar