Dari segala kejadian dalam hidup ini, jatuh cinta mungkin merupakan
hal yang paling indah dan menyenangkan. Bila seseorang sedang jatuh
cinta, ia akan merasa seperti sedang berjalan diatas awan, semua
terlihat menjadi lebih indah, lebih menyenangkan, lebih mudah, dan
seakan-akan segala hal dapat ditanggungnya.
Lain halnya dengan pacaran. Pacaran merupakan tahap selanjutnya atau
mungkin salah satu tindak lanjut dan wujud nyata dari sebuah perasaan
yang dinamakan jatuh cinta tersebut. Banyak cerita indah yang bisa kita
dengar, kita baca atau bahkan kiat tonton di film-film tentang pacaran.
Tapi pada kenyataan pacaran tidak selalu indah dan manis. Dalam
film-film sering diperlihatkan bahwa cinta mampu mengalahkan segalanya
dan cinta akan selalu menang. Tapi apakah benar demikian dalam kehidupan
nyata?
Tulisan berikut ini akan membawa kita lebih dalam dan lebih serius
berpikir tentang pacaran, khususnya bila kita hubungkan dengan iman
Kristiani. Karena kita tahu bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan
perempuan dengan tujuan yang mulia dan sempurna. Namun pada kenyataannya
banyak anak-anak Tuhan yang sering jatuh imannya karena masalah pacaran
ini dan yang lebih menyedihkan, mereka menjadi batu sandungan bagi
orang-orang disekitarnya.
Ada banyak anak remaja menganggap pacaran hanya sekedar untuk mengisi
waktu luang, tanpa alasan dan pengertian yang benar tentang pacaran itu
sendiri. Menurut Pdt. Gilbert Lumoindong dalam khotbahnya mengatakan
bahwa, sesungguhnya berpacaran adalah satu persiapan menuju pernikahan.
Jadi orang yang berpacaran artinya orang tersebut sedang mempersiapkan
rumah tangganya dan masa pacaran itu menjadi masa yang paling penting
untuk kelangsungan rumah tangga di masa datang.
Lalu apa yang Tuhan harapkan dari anak-anakNya? Pacaran yang seperti
apa yang indah dimata Tuhan? Apa inti dan maksud dari pacaran yang
sesungguhnya? Dan apa yang Alkitab ajarkan tentang hal ini? Dan banyak
lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya. Yang pasti jatuh cinta adalah normal
dan pacaran tidaklah dosa.
1. Mengapa Berpacaran?
Seringkali bila seseorang sedang jatuh cinta maka orang itu akan
berkata, “Oh dia begitu menarik, dia begitu cantik, saya sungguh jatuh
cinta kepadanya. Saya ingin cepat-cepat lulus kuliah dan menikah
dengannya.” Tetapi Alkitab mengatakan nantikanlah Tuhan dan segala
sesuatu terjadi indah pada waktunya. Karena terlalu terburu-buru
seringkali orang gagal dalam berpacaran dan lebih parahnya lagi gagal
dalam rumah tangga.
Bila kita baca dalam Alkitab dari kitab Kejadian hingga Wahyu, kita
tidak bisa menemukan kata pacaran. Pacaran tidak pernah tercantum dalam
Alkitab.
Lalu apakah pacaran Alkitabiah? Persiapan berumah tangga
Dalam Matius pasalnya yang pertama kita bisa baca kisah antara Maria
dan Yusuf yang telah bertunangan. Kenapa Alkitab menuliskan bertunangan?
Dalam hal ini Alkitab ingin menekankan satu hal bahwa hubungan tersebut
sangatlah serius. Mereka sedang mempersiapkan diri menuju pernikahan.
Jadi sesungguhnya bisa saja kita berkata, pacaran itu tidak perlu.
Kita tidak bisa berkata kalau tunangan lebih serius sedangkan
berpacaran tidak serius. Bila begitu perbedaannya maka anak-anak Tuhan
bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain, karena mereka
pacaran-putus-ganti, pacaran-putus-ganti, sehingga tidak bisa menjadi
kesaksian dalam hidupnya. Kita juga tidak bisa mengatakan bahwa kalau
seseorang sudah bertunangan maka ia tidak bisa putus, ini pun tidak
benar. Orang yang telah bertunangan masih tetap bisa putus. Jadi bisa
kita liat batas yang sangat-sangat tipis antara pacaran dan tunangan.
Tapi yang terpenting adalah bahwa pacaran tidak lebih sedikit kadar
keseriusannya dari tunangan. Sehingga kita bisa katakan bahwa pacaran
pun merupakan persiapan menuju rumah tangga. Pertanyaannya apa yang
perlu dipersiapkan dalam masa pacaran?
- Pengertian yang jelas dan benar tentang pernikahan. Ini bukan
sekedar kesenangan tubuh, kepuasan seksual, tapi ini merupakan rencana
Tuhan. Kejadian 2:18 mengatakan bahwa manusia tidak bisa hidup seorang
diri.
- Mengenal pasangan kita. Kitalah yang akan hidup seumur hidup dengan
pasangan kita. Matius 19:6 mengatakan apa yang telah dipersatukan Allah
tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Jangan sampai setelah kita menikah,
kita baru menyesal, “Akh kenapa saya mau sama dia?” atau yang lebih
aneh lagi bila kita sampai berkata, “Kalau saya tau dia seperti itu,
maka saya tidak mau menikah dengannya.” Kalau kita tidak mau hal
tersebut terjadi, maka selama pacaran inilah kita harus mengenal
baik-baik seperti apa pasangan kita. Bukan mengenal bentuk tubuhnya,
tetapi mengenal sifat dan pribadinya baik yang positif maupun yang
negatif.
2. Tanggung Jawab dan Kedewasaan
Kejadian 24:1 dan 4 menuliskan: Adapun Abraham telah tua dan lanjut
umurnya….Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan mengambil seorang
isteri untuk anakku Ishak. Dikatakan disini bahwa Abraham telah tua,
bisa kita bayangkan bahwa Ishak telah dewasa.
Apa itu dewasa? Banyak anak remaja mengatakan, “Saya kan sudah 17
tahun, maka saya sudah dewasa, saya boleh berpacaran.” Pdt. Gilbert
Lumoindong mengatakan bahwa dewasa tidak ditentukan oleh umur.
Jadi apa
sebenarnya yang disebut dewasa?
2.1. Bisa Membedakan Benar dan Salah
Dewasa itu artinya bila seseorang sudah bisa membedakan mana yang
benar dan mana yang salah. Sehingga ia tidak mudah goyah dalam
menghadapi masalah dan cobaan. Ia pun tidak bisa tertipu dengan
kata-kata manis, “Ayolah toh tidak masalah kita berhubungan seks dalam
masa pacaran, kan saya yang akan menikah dengan kamu nantinya.”
Karena belum dewasa dan tidak ada tanggung jawab maka seringkali kita
temukan banyak anak-anak muda yang harus menikah karena ‘kecelakaan’.
Dan banyak pula pasangan-pasangan muda yang menikah sudah tidak lagi
dalam keadaan yang kudus. Ini semua karena ia tidak tahu mana yang baik
dan mana yang salah, yang ada dipikirannya hanya apakah itu menyenangkan
atau tidak. Seorang yang dewasa tidak akan bisa tertipu, walaupun itu
menyenangkan tapi bila itu tidak benar, maka ia berani berkata TIDAK.
2.2. Bukan Hanya Diperhatikan tetapi Memperhatikan
Bila hidup kita hanya ingin mengharapkan perhatian dan perhatian,
maka apa yang terjadi? Disini penyebabnya kenapa orang
pacaran-putus-ganti, pacaran-putus-ganti, karena bila disini ia
diperhatikan maka kasihnya akan beralih kepada orang yang memberi
perhatian.
Ada kalanya pasangan kita sibuk dengan urusan tertentu, lalu kita
merasa kurang diperhatikan lagi. Tiba-tiba muncul orang lain yang bisa
memberi perhatian lebih dari pasangan kita. Maka kita akan kembali jatuh
cinta pada orang yang memberi perhatian itu. Ini bukti dari
ketidakdewasaan, bukti kekanak-kanakan. Dia hanya mengikuti kesenangan
hatinya saja. Orang yang dewasa tidak hanya ingin diperhatikan tetapi
juga harus memperhatikan.
2.3. Bertanggung Jawab
Orang yang dewasa adalah seorang yang memiliki tanggung jawab.
Tanggung jawab dalam arti bahwa dia sadar bahwa ia punya tugas. Bila ia
seorang pelajar, maka ia tau tugasnya yang utama adalah belajar.
Sehingga pacaran tidak akan mengganggu aktivitasnya sebagai pelajar. Ada
orang yang masuk dalam masa pacaran maka pelajaran menjadi berantakan,
hidupnya jadi tidak teratur lagi dan tidak ingat tugasnya. Ini juga ciri
dari orang yang belum dewasa.
Jadi sungguh jelas bahwa orang yang berpacaran harus memiliki sifat kedewasaan dan tanggung jawab.
3. Prinsip-prinsip Berpacaran
Dalam menentukan teman hidup kita bekerjasama dengan Allah. Allah
telah menyediakan bagi kita seorang teman hidup yang sesuai dengan
rencanaNya. Tetapi untuk mengetahui orang seperti apa yang Tuhan akan
berikan kepada kita, maka kita harus tahu prinsip-prinsip dasar dalam
memilih pacar yang berkenan di hadapan Tuhan. Prinsip ini harus kita
pegang teguh, jangan sampai kita menjadi ragu-ragu dan mulai bingung
apakah kita mau berpacaran dengan si A atau dengan si B.
Banyak hal yang
harus kita perhatikan dalam memilih pacar.
3.1. Seiman dan Seimbang
2 Korintus 6:14 menuliskan: Janganlah kamu merupakan pasangan yang
tidak seimbang dengan orang yang tidak percaya.
Hal ini sangat penting
sekali untuk diingat oleh setiap anak Tuhan. Kita harus berani berkata
tidak dengan orang yang tidak seiman. Mengapa harus seiman? Karena dalam
keluarga Kristiani, Kristuslah yang menjadi kepala dalam keluarga.
Dengan dasar iman kita banyak membuat keputusan. Contoh yang sangat
mudah, bila suatu saat kita dipecat dari pekerjaan. Orang beriman akan
datang kepada Tuhan dan berdoa, tetapi orang tidak beriman bisa sampai
bunuh diri karena putus asa. Kita sebagai anak Tuhan tidak bisa selalu
sejalan dengan yang bukan anak Tuhan, maka akan terjadi banyak masalah
di kemudian hari.
Seringkali orang berkata, “Ya nanti saya injili dia.” Hati-hati
dengan hal ini, bila kita tidak kuat bisa-bisa kita yang mundur dari
Tuhan. Jangan pakai pacaran sebagai media untuk penginjilan. Hal itu
sangat beresiko tinggi.
Lalu apa yang dimaksud dengan seimbang? Seimbang disini berarti
pasangan kita sama-sama punya kerinduan untuk bertumbuh di dalam Tuhan.
Karena sekarang ini banyak sekali orang Kristen KTP. Orang Kristen KTP
bukanlah orang Kristen yang sungguh-sungguh, jadi hampir sama saja
dengan orang yang bukan Kristen dan akhirnya kita akan menemukan
masalah-masalah yang sama seperti bila kita berpacaran dengan orang yang
tidak seiman.
3.2. Pakailah Akal Sehat
Kejadian 24:14 menulis demikian: Kiranya terjadilah begini: anak
gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya
aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi
minum; dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka
dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih
setia-Mu kepada tuanku itu.
Ayat ini memperlihatkan bahwa Eliazar, hamba Abraham yang mendapat tugas
mencarikan isteri untuk Ishak memakan akal sehatnya. Ia mencari seorang
wanita yang baik, yang rajin bekerja, yang mau menolong dan murah hati.
Orang bilang “Love is blind”. Hal ini tidak berlaku buat anak-anak
Tuhan. Justru dalam masa pacaran kita harus mengenali pasangan kita
dengan sungguh-sungguh. Kita buka mata kita terhadap semua sifat-sifat
pasangan kita baik itu yang positif maupun yang negatif. Bila kita pakai
prinsip “Love is blind” maka kita tidak boleh bersedih bila nanti kita
baru tau bahwa pasangan kita malas luar biasa. Jangan sampai kita harus
mencucurkan banyak airmata hanya karena kalimat “Love is blind” ini.
3.3. Membangun Kerohanian Kita
Hal yang satu ini seringkali terlupakan oleh kita. Padahal banyak
sekali orang yang setelah berpacaran malah lupa sama Tuhan. Malam minggu
yang biasanya datang ke persekutuan pemuda remaja, maka setelah punya
pacar selalu bisa ditemui di bioskop atau di mall bersama pacarnya.
Allah menciptakan Hawa untuk melengkapi Adam, sehingga mereka berdua
bisa saling memebantu dan menopang hingga menjadi pribadi yang serupa
dan segambar dengan Allah. Jadi perlu kita teliti, apakah pacar kita
bisa membawa kita semakin dekat kepada Allah atau justru malah menjauh
dari Allah?
3.4. Hidup Kudus
1 Tesalonika 4:3 mengatakan: Karena inilah kehendak Allah:
pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan. Percabulan bukan
dosa terhadap orang lain tetapi terhadap diri sendiri (1 Korintus 6:18).
Masalah ini sudah sempat dibahas sedikit di bagian sebelumnya. Bahwa
hubungan seks hanyalah untuk pasangan suami isteri yang telah diberkati
Tuhan dalam pernikahan kudus.
Lalu mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, “Kalau begitu sampai dimana
kami boleh berpacaran? Pegangan tangan boleh tidak? Pelukan boleh tidak?
Ciuman bagaimana?”
Alkitab tidak menuliskan secara hurufiah apakah pegangan tangan, pelukan
atau ciuman itu berdosa atau tidak. Tetapi kita berpegangan tangan itu
atas dasar dorongan seksual. Ada keinginan untuk menyentuh pasangan
kita. Dan suatu saat pegangan tangan tidak cukup, maka mulai berpelukan.
Hingga satu saat berpelukan pun tidak cukup, mulailah ciuman. Dan si
Iblis sudah menunggu di dekat kita, siap menangkap kita dalam dosa
hubungan seks diluar nikah.
Gambar dibawah ini memperlihatkan proses tindakan seksual dalam
berpacaran. Bagi anak-anak wanita Kristen hal ini sangat penting sekali,
bahwa seorang wanita harus bisa menghargai dirinya terlebih dahulu,
maka pria akan menghargainya.
Berhubungan dengan hal ini ada baiknya bila pacaran dibangun atas
dasar persahabatan yang murni. Karena seorang sahabat mengasihi tidak
dengan nafsu dan kasih eros. Sehingga ia tidak akan berniat untuk
merugikan atau menyakiti pasangannya apalagi melakukan pelecehan
seksual.
3.5. Atas Seijin Orang Tua
Efesus 6:1 menuliskan: Hai anak-anak taatilah orangtuamu di dalam
Tuhan, karena haruslah demikian. Atas dasar takut akan Tuhan, kita harus
mentaati orang tua kita. Bila orang tua kita saja tidak memberkati
hubungan kita apalagi Tuhan yang Maha Kudus?
Banyak sekali anak-anak Tuhan yang berpacaran tanpa seijin orang tua.
Hal ini akan sangat menyakitkan di kemudian hari. Bila seandainya toh
ternyata benar bahwa pilihan kita tidak benar, maka kita akan merasa
bersalah, menyesal dan malu. Kita sudah menentang orang tua dan ternyata
hidup kita pun tidak bahagia. Bagi pasangan yang mempunyai masalah
dengan orang tua, hendaklah mereka berdoa bersama kepada Tuhan. Tuhan
akan bekerja melembutkan hati orang tua kita, bila memang Tuhan berkenan
atas hubungan kita tersebut.
3.6 Jangan Manipulasi Rohani
Hal ini banyak terjadi pada waktu belakangan ini. Tiba-tiba seseorang
menghampiri diri kita dan berkata, “Kata Tuhan, kamulah pasangan hidup
saya.” Jangan sampai kita menggunakan cara ini untuk menarik perhatian
seseorang. Dan kita pun jangan mudah percaya dengan kalimat yang
menyejukkan ini. Karena hal ini sangat jarang terjadi. Pada umumnya
pacaran adalah proses, bukan dalam sekejap “Kata Tuhan…”
Dengan bijaksana kita harus datang kembali kepada Tuhan untuk menanyakan
hal tersebut dan kembali mengecek ulang prinsip-prinsip lainnya yang
sudah dituliskan diatas. Dan yang terpenting pula adalah bahwa kita pun
harus bisa mengasihi pasangan kita. Jangan kita berpacaran karena
kasihan, karena simpati atau karena manipulasi rohani diatas.
Diatas segala prinsip-prinsip ini, kita harus sabar menantikan waktu
Tuhan. Jangan tergesa-gesa dalam berpacaran dan awali segala sesuatu
dengan doa, termasuk dalam memilih teman hidup. Karena rumah tangga bisa
menjadi sorga buat kita namun ia pun bisa menjadi neraka buat kita.
Sumber :
Rindu untuk menjadi berkat bagi orang lain & bertumbuh bersama di dalam Tuhan Yesus... Kita adalah saudara di dalam Tuhan Yesus.... Tuhan Yesus Kristus memberkati dan mengasihi kita semua...
Senin, 10 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TERPOPULER
KATEGORI
admin
(28)
ARTIKEL
(10)
FOTO
(6)
GAMBAR
(14)
GIZI untuk ROHANI
(36)
HP
(4)
HUMOR
(8)
KARTU UCAPAN
(8)
KEGIATAN
(7)
KESEHATAN
(19)
KHOTBAH
(12)
Lagu Rohani Kristen
(11)
MOTIVASI
(25)
NATAL
(30)
PASKAH
(1)
PELAYAN TUHAN
(8)
PENGETAHUAN
(70)
POTRET
(2)
RENUNGAN
(73)
software
(9)
TABERNAKEL
(18)
TIPS
(5)
Youth
(56)
Amin.
BalasHapusAmen
BalasHapusAmin 🙇
BalasHapus