Yohanes 3:16 ; 2 Korintus 12:15.
Hari Natal mulai mendekat, tetapi aku menunda untuk memasang pohon
Natal, karena ini merupakan Natal pertama tanpa anakku. Dia telah berada
bersama Tuhan beberapa bulan yang lalu akibat kanker darah yang dia
derita. Selama sakitnya, diaselalu berkata supaya aku tidak sedih kalau
dia meninggal. Aku berjanji untuk

berusaha keras supaya tidak bersedih. Namun, tetap saja aku merasa
terpukul, karena dia selalu bisa membuat suasana berbeda disetiap Hari
Natal. Jadi, ketika Natal pertama yang tanpa dia mendekat, aku
memutuskan untuk tidak memasang pohon Natal. Namun, dua hari sebelum
Hari Natal, aku merasa ada sesuatu yang mendorong didalam hatiku untuk
memasang pohon Natal. Maka aku mengubah keputusan itu dan bertekat untuk
memasang pohon Natal. Ketika mulai menghiasnya, aku merasa sangat sedih
karena anakku tidak ada disana bersamaku. Aku mencoba untuk tidak
menangis. Aku mendatangi kotak kecil yang kusimpan setelah Natal tahun
lalu lewat. Kotak kecil itu berisi sebuah perhiasan sederhana yang
diberikan anakku. Waktu itu, dia berkata,
“Ibu, aku berharap bisa memberikan sesuatu yang lebih dari ini, tetapi aku tidak punya uang.” Aku memberinya ciuman dikeningnya dan berkata.
“Terima kasih. Ibu mengerti, Nak.” Kubuka
kembali kotak kecil itu, mengambil hiasa dari dalamnya dan memasangnya
di pohon Natal itu. Teringat kembali bagaimana setahun yang lalu anakku
naik di bahuku dan tangan lembutnya yang memasang hiasan itu di pohon
Natal. Ketika itu aku mencium bau tak sedap dari tubuhnya karena dia
berkeringat, tetapi aku tidak menghiraukannya karena aku mengasihinya.
Ternyata itu menjadi Natal terakhir dia bersamaku. Sekarang dia tidak
ada lagi, tetapi kasihnya masih tetap bersamaku. Akupun tetap
mengasihinya walau hanya bisa kuwujudkan didalam angan-angan yang tidak
akan pernah menjadi kenyataan. Hiasan Natal itu akan selalu menjadi
bukti akan kasih kami yang tak pernah pudar.
Bagaimana seseorang bisa memiliki kasih yang tidak pernah pudar?
Yaitu ketika dia menyadari kasihnya dengan ketulusan. Ketulusan akan
membuat kasihnya nyata setiap waktu, dan dia akan menunjukkannya dengan
memberikan yang terbaik bagi yang dia kasihi. Tuhan telah memberikan
contoh tentang kasih yang didasari dengan ketulusan. Natal adalah
wujudnya. Dia berbuat yang terbaik bagi manusia. Bahkan ketika manusia
menolakNya. Dia tetap menunjukkan kasihNya itu. KasihNya tidak pudar
hanya karena sikap tidak benar dari manusia. Sebagai orang percaya, kita
harus memiliki kasih yang seperti itu kepada sesama. Untuk mengetahui
apakah kita mempunyai kasih yang didasari ketulusan atau tidak, adalah
apakah kita berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi yang kita kasihi
atau tidak. Memberikan yang terbaik tidak harus mahal, dan tidak harus
mewah. Kiranya di Hari Natal ini kita bisa menunjukkan kasih yang tidak
pudar oleh masalah apapun.
DOA:
Tuhan, sebagaimana Engkau sudah membrikan kasihMu yang tidak pudar
itu, demikian juga kiranya aku dimampukan untuk meneladaniMu. Dalam nama
Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
Sumber: Mansor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar