Malam Sobat...jangan bosan2 ya kalau dalam tulisan blog ini...mengulek-ngulek masalah NATAL dan isu-isu terkini. Salah hal yang paling sering menjadi perdebatan adalah masalah Sinterklas atau Santa Claus. Berikut saya ambilkan tulisan dari sabda.org tentang Sinterklas ini. cekidot!!
Mengamati perayaan Natal 2003 dalam acara di TV,
hotel dan mall, kita dapat melihat ada ciri khas yang menonjol
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sekarang kita melihat banyak
ditonjolkan figur Santa Claus, baik dalam pakaian lengkap maupun hanya
menggunakan topi merah berjambul. Baik presenter, paduan suara, penyanyi
& penari, maupun kelompok kuis TV banyak yang menggunakan simbol
Santa Claus tersebut. Siapakah Santa Claus itu?
Santa Claus berasal dari seorang bernama Nicholas
yang sejarahnya tidak jelas. Menurut tradisi, ia dilahirkan di kota
Lycia pelabuhan kuno di Patara (Asia Kecil), dan kala muda berkelana ke
Palestina dan Mesir, dan sekembalinya ke Myra menjadi uskup Lycia
(abad-4). Ia dipenjarakan ketika raja Diokletus menganiaya umat Kristen
dan dilepaskan ketika raja Konstantin berkuasa, ia hadir di Konsili
Nicea (325) dan meninggal dan dikubur di Myra. Pada abad-6
peninggalannya dikeramatkan dan tahun 1087 para pelaut/pedagang Italia
mencurinya dan membawanya ke Bari, Itali. Kemudian relikwinya
dikeramatkan di basilika San Nicola di Bari pada abad-11.
Mengapa Nicholas kemudian terkenal dan melegenda?
Nicholas menggambarkan uskup yang ramah yang suka menolong anak dan
orang miskin. Keramahannya kemudian dibumbui dengan mujizat-mujizat dan
legenda sekitar bagaimana ia menolong banyak orang terutama anak-anak.
Sebenarnya legenda Santo Nicholas itu bercampur baur dengan legenda
pemberi hadiah kafir sebelumnya, seperti Befana di Roma, Berchta &
Knecht Ruprecht di Jerman, dan Odin di Norwegia yang memiliki kekuatan
sihir yang menghukum anak-anak nakal & menghadiahi anak-anak yang
baik, dan biasa menaiki kereta terbang yang ditarik rusa kutub.
Legenda ini kemudian menyebar ke seluruh Eropah,
tetapi sejak Reformasi legenda kultus Nicholas tidak lagi dirayakan di
gereja-gereja protestan, dan di gereja Jerman diganti bayi Yesus
(Christkindl) sang pemberi hadiah yang dikenang pada hari kelahiran-Nya
tanggal 25 Desember. Sebaliknya, di Belanda berkembang Sinterklaas yang
menggambarkan orang tua berjanggut putih panjang berpakaian uskup
menaiki kuda yang bisa terbang ke atap rumah dibantu budaknya Swarte
Piet. Sinterklaas datang pada tanggal 5 Desember malam ke rumah-rumah
untuk memberi hadiah bagi anak-anak yang baik melalui cerobong asap.
Legenda Nicholas/Sinterklaas ini kemudian dibawa pada
abad-17 ke koloni baru di New Amsterdam (sekarang New York) di benua
Amerika dan kemudian dikenal sebagai Santa Claus yang berupa orang gemuk
berjanggut putih memakai mantel dan kerpus berwarna merah yang menaiki
kereta ditarik 8 rusa kutub yang bisa terbang. Nicholas dijuluki Santo
(orang suci) dan gambarannya kemudian berbaur dengan gambaran
Christkindl dan dijuluki Kriss Kringle. Legenda Santa Claus ini mencapai
bentuknya pada abad-19 yang kemudian dirayakan dengan pemberian hadiah
di malam Natal (24 malam). Legenda Santo Nicholas ini di dirayakan
sebagai Pere Noel di Perancis, Julenisse di Skandinavia, dan Father
Christmas di Inggeris. Figur rusa ke-9 bernama Rudolph memiliki hidung
merah mengkilat diperkenalkan pada tahun 1939.
Sekalipun Santa Klaus dianggap sebagai lambang
semangat memberi hadiah khususnya untuk anak-anak, namun karena sifat
pencampurannya dengan cerita-cerita magis kafir, misalnya kehadiran
Santa Klaus yang penuh mujizat & naik kereta ditarik rusa terbang,
dan peri bertongkat sihir dalam perayaan Magic Christmas, banyak juga
yang mempersoalkannya sebagai tidak sesuai dengan semangat Natal dan
mempromosikan ketamakan dan komersialisasi yang telah dimanipulasikan
oleh para pengusaha mainan anak-anak, makanan & minuman, dan
hiburan. Gambaran Sinterklaas yang juga populer di Indonesia juga bukan
contoh baik bagi anak-anak karena dinilai banyak orang sebagai rasist,
Orang tua kulit putih yang pengasih dan budak kulit hitam yang kejam
yang suka mencambuki anak-anak nakal. Karena sejarah kehidupan Nicholas
tidak jelas, Paus Paulus VI menanggalkan perayaan Santo Nicholas dari
kalender resmi gereja Roma Katolik pada tahun 1969.
Mengenang maraknya perayaan Natal di akhir tahun 2003
yang lebih menonjolkan figur Santa Klaus daripada figur Tuhan Yesus,
sudah tiba saatnya umat Kristen sadar dan menempatkan dirinya lebih
berpusat Injil dan berhati Tuhan Yesus, dan tidak makin jauh terpengaruh
komersialisasi yang sudah begitu jauh dimanfaatkan oleh toko-toko
mainan, makanan & minuman, dan bisnis hiburan itu.
Sumber : Penulis Herlianto; www.artikel.sabda.org
Note : Bukan berarti saya benci Sinterklas...tapi jangan sampai Sinterklas menggantikan posisi Tuhan Yesus sebagai Sentral dari perayaan NATAL.
ok Sobat....silahkan renungkan!!! GBU all....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar