Semua orang senang dengan akhir tahun.
Yah….Bulan Desember adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang.
Selain merupakan bulan terakhir dalam kalender tahunan, bulan Desember
bagi sebagian orang itu berarti bulan datangnya liburan panjang, bonus
dari pekerjaan alias THR, bulan untuk berbelanja besar-besaran karena
ada pesta diskon besar-besaran untuk bersiap-siap menikmati tahun baru
dan juga perayaannya. Namun bagi sebagian umat nasrani seperti saya
juga, bulan ini berarti bulan istimewa, karena di bulan ini terdapat
hari Natal, hari kelahiran Isa Al-Masih, Sang Juru Selamat.
Sebenarnya tanggal 25 Desember yang ditetapkan sebagai hari Natal itu merupakan perayaan hari kelahiran Dewa Matahari di Roma sekitar abad ketiga. Hari itu dirayakan oleh orang-orang kafir dan juga orang-orang Kristiani keturunan yang belum bertobat dan percaya. Para pemimpin gereja pada saat itu melihat perayaan tersebut dan mengarahkan festival penyembahan Dewa Matahari tersebut, menjadi perayaan “Matahari Kebenaran” yaitu Isa Al-Masih. Injil memberi gelar “Matahari Kebenaran” kepada Isa Al-Masih, karena Dia datang membawa terang ke dunia ini. Kaisar Roma pada saat itu, Kaisar Konstantin meresmikan perayaan Dewa Matahari menjadi “Matahari Kebenaran”. Sejak saat itu, Natal dirayakan oleh umat seluruh dunia pada setiap tanggal 25 Desember.
Oke, itu hanya sedikit sejarah tentang perayaan natal. Saya akan menulis tentang makna natal yang sudah kehilangan maknanya. Masih teringat dengan jelas ketika pertama kalinya orangtua membelikan pohon natal yang kecil dan kami hias bersama-sama. Saya senang sekali dengan adanya pohon natal di rumah walau tidak mengerti mengapa harus ada pohon tersebut dalam perayaan hari natal. Pokoknya natal harus ada pohon natal dan kado-kado di bawahnya
Waktu berlalu dan sekarang saya memahami mengapa ada pohon natal, mengapa ada sinterklas beserta pit hitam dan kendaraannya, mengapa ada acara tuker kado, mengapa ada penyalaan lilin dalam perayaan natal dan mengapa-mengapa lainnya. Semua itu tinggal tanya mbah google saja. Ada jawabannya.
Yang saya maksudkan dengan natal yang kehilangan maknanya adalah perayaan natal yang dilakukan dengan penuh pesta pora tanpa tahu arti natal yang sesungguhnya. Sering kali saya melihat dan mengikuti perayaan Natal dengan perayaan yang besar-besaran dengan pesta makan yang meriah. Panitia Natal gereja berani mengeluarkan uang banyak untuk jor-joran belanja pernak-pernik natal dan konsumsi yang wah bagi jemaat yang datang. Yah..Gereja berlomba-lomba untuk membuat acara yang mewah dengan iming-iming hadiah besar untuk menarik jemaat datang ke perayaan. Makanya tidak heran kalau sekarang anak-anak lebih suka dengan Sinterklas yang membawa hadiah untuk anak-anak daripada Yesus yang membawa diriNya untuk mereka.
Makna natal hilang karena kelahiran Isa Al-masih yang lahir secara sederhana itu dirayakan secara tidak sederhana. Kelahiran Isa Al-Masih sekitar 2000 tahun yang lalu yang merupakan perwujudan cinta kasih-NYA kepada manusia menjadi tidak penting karena perayaan natal yang jor-joran lebih penting dari itu. Makanya tidak heran kalau ada panitia natal yang ribut gara-gara hal ini. Merayakan hari lahir Juruselamat dengan keributan antar jemaat menjadi biasa.
Makna natal yang sesungguhnya adalah masa dimana keselamatan tiba, dimana Tuhan lahir menjadi bayi di Betlehem untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Tuhan yang semakin buruk oleh karena kesesatan manusia.. Natal merupakan hadiah dari Tuhan yang paling besar dan wujud nyata Kasih Tuhan bagi manusia. Natal seharusnya dirayakan dengan mengucap syukur buat hidup yang dibri sambil melihat keadaan sekitar sambil bertindak untuk memberi warna bagi kehidupan manusia seperti Nabi Isa yang datang memberi warna bagi kehidupan manusia.
Semoga natal tahun ini bagi umat yang merayakannya menjadi natal berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biar kasih yang sejati dalam perayaan natal bisa dirasakan umat dan dipancarkan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat merayakan natal. Shalom….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar