1. NAMA
Kata "pentakosta" berasal dari kata Junani
"pentekostes" (jang bersangkutan dengan kata Sangsekarta: pantja). Kata
Junani itu berarti "jang kelimapuluh", jakni hari jang kelimapuluh.
Pentakosta adalah suatu perajaan dari agama Jahudi dahulu (dan sekarang)
jang diambil alih (dengan dirubah maknanja) oleh agama keristen. Kata
(Junani) dalam Perdjandjian Lama (jang berbahasa Junani) hanja terdapat
dalam Tb 2:1 dan 2Mak 12:31-32, sedangkan dalam Perdjandjian Baru
diketemukan dalam Kis 2:1; 20:16 dan 1Kor 16:18.
Semua teks itu berbitjara tentang perajaan Jahudi. Umat keristen baru
pada pertengahan atau achir II Masehi. mulai merajakan Pentakosta
sebagai perajaan keristen. Pesta itu mendjadi perajaan peringatan akan
turunnja Rohulkudus atas djemaat keristen di Jerusalem, sebagaimana jang
ditjeritakan Kis 2, pada hari kelimapuluh sesudah Jesus (pada hari Paskah) bangkit dari alam maut.
Dalam Perdjandjian Lama jang berbahasa Hibrani
perajaan Pentakosta disebut "hari raja panen" (Peng 23:16). Dan inilah
nama jang tertua. Kemudian dinamakan "pesta/perajaan pekan-pekan (Peng
34:22; Lev 23:15-17; Tj.Dj 28:26; Ul 16:10; 2Taw 8:13).
2. SEJARAH
Seperti sudah djelas dari nama jang paling tua itu (Peng 23:16) maka "Pentakosta" aselinja suatu pesta panen. Menurut Ul 16:9
dirajakan tudjuh pekan (lk. 50 hari) sesudah permulaan panen djelai,
jaitu pada achir panen gandum. Djadi aselinja perajaan itu adalah suatu
pesta kaum tani. Dari sebab itu maka tak mungkin pesta itu sudah
dirajakan waktu suku-suku Israil masih berkalana dipadang gurun sebagai
suku (setengah) badui, djadi pemiara ternak (ketjil). Pesta itu baru
muntjul setelah suku-suku itu menetap di Kanaan dan mulai bertani. Boleh
djadi pesta itu diambil alih dari penduduk Kanaan (kafir) aseli jang
mengadjar Israil bertani.
Sesudah masa pembuangan (th. 538 seb. Mas.) bahkan
dalam abad II sebelum Masehi barulah perajaan itu "dihistorisasikan",
artinja dihubungkan dengan peristiwa penting dalam sedjarah penjelamatan
Israil. Pentakosta dihubungkan dengan perdjandjian jang diikat digunung
Sinai. "Djadi Pentakosta atau "perajaan pekan mendjadi peringatan akan
kedjadian itu, sama seperti perajaan paskah dari pesta kaum pemiara
ternak mendjadi peringatan akan pengungsian Israil dari negeri Mesir.
Dari sebab itupun perajaan Pentakosta dihubungkan dengan perajaan Paskah
pula. Menurut Peng 19:1 maka Israil tiba digunung Sinai dalam bulan
ketiga setelah bulan pertama (bulan Nisan, Peng 12:41) berangkat dari
Mesir. Bulan ketiga itu ialah l.k. limapuluh hari. Lev 23:15-19
menempatkan Pentakosta (perajaan Pekan-pekan) tudjuh pekan, djadi l.k.
limapuluh hari, sesudah Paskah. Tidak djelas bagaimana Levetika
menghitung waktu itu, apakah bertolak dari hari berikutnja perajaan
Paskah (16 Nisan) atau satu minggu sesudahnja. Dari sebab itu diantara
orang-orang Jahudi dahulu ada perbedaan dalam perhitungan itu. Tetapi
kebanjakan orang Jahudi (mazhab Parisi jang banjak berpengaruh)
menempatkan Pentakosta limapuluh hari sesudah Paskah.
Rupanja bahwa perajaan Pentakosta sebagai
peringatan Perdjandjian digunung Sinai pada djaman Kristus belum umum
dirajakan oleh orang Jahudi. Tetapi pasti dirajakan oleh beberapa
kalangan. Jang paling djelas ialah djemaah jang bermukim di Qumran.
Djemaat itu ada hubungannja dengan kalangan para imam, sehingga boleh
diterima dikalangan itupun perajaan itu sudah mendapat tjorak itu. Djadi
ada kalangan jang mengikatkan Pentakosta pada perdjandjian di gunung
Sinai dan disampaikannja Taurat Musa sebagai wahju ilahi. Kiranja
tradisi jang termuat dalam Kisah Rasul terpengaruh oleh kalangan itu.
Dalam seluruh Perdjandjian Baru hanja Lukaslah jang mentjeritakan
turunnja Rohulkudus pada hari raya Pentakosta, hari jang kelimapuluh
sesudah Paskah Jahudi, ketika Jesus bangkit dari alam maut.
sumber : http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pentakosta_dan_glossolalia.htm/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar